Bandung (rungkut.id) – Kanker adalah salah satu penyakit yang paling banyak diderita di Indonesia. Penyakit ini terjadi akibat pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh yang dapat menyebar dan berpotensi mematikan.
Meskipun berbagai metode pengobatan seperti operasi, radiasi, kemoterapi, dan terapi antibodi tersedia, banyak masyarakat kini beralih pada obat herbal sebagai terapi alternatif melawan kanker.
Dalam Rapat Pleno Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB), topik “Masa Depan Obat Herbal Sebagai Terapi Alternatif Kanker” dibahas secara mendalam. Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D, yang menjadi pembicara utama, mengungkapkan berbagai potensi tanaman obat sebagai penyembuh kanker. Rapat ini dipimpin oleh Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D, dan dihadiri oleh para guru besar dari berbagai fakultas.
Faktor Risiko dan Penyebab Kanker
Menurut Prof. Ketut, kanker sering muncul pada organ tubuh yang aktif dan terpapar faktor eksternal, seperti paru-paru yang rentan terkena polusi dan asap rokok. Selain itu, kanker kolorektal juga sangat berisiko karena usus besar yang terus aktif bekerja saat proses pencernaan makanan. Mengonsumsi makanan tidak sehat secara terus-menerus dapat memicu mutasi sel yang akhirnya berkembang menjadi kanker.
Prof. Ketut juga menekankan bahwa faktor keturunan memiliki peran signifikan dalam risiko kanker, selain faktor lain seperti alkohol dan obesitas. “Semua penyakit, termasuk kanker, seringkali berkaitan dengan faktor keturunan. Oleh karena itu, sangat penting untuk terbuka pada keluarga mengenai riwayat penyakit,” ujarnya.
Tanaman Herbal Potensial Antikanker
Dalam presentasinya, Prof. Ketut menyebutkan 10 tanaman yang memiliki potensi sebagai obat kanker, yaitu Tapak Dara (Vinca rosea), Taxol (Taxus sp), Lempuyang Wangi (Zingiber zerumbet), Temu Kunci (Boesenbergia pandurata), Melinjo (Gnetum gnemon), Daun Sirsak (Annona muricata), Bawang Tiwai (Eleuthrine americana), Keladi Tikus, biji anggur, dan Propolis dari lebah madu.
Kesepuluh tanaman ini telah diuji secara ilmiah dan terbukti mampu membunuh sel kanker. Uji coba dilakukan melalui pengujian senyawa aktif, uji sel, hingga uji pada hewan dan manusia. Hasilnya sangat positif, dengan tanaman-tanaman tersebut mampu menekan aktivitas sel kanker secara signifikan.
Daun sirsak, misalnya, diketahui memiliki senyawa aktif yang lebih efektif dibandingkan obat kanker tamoxifen. Selain itu, biji melinjo mengandung gnetin C dan trans-resveratrol yang juga terbukti kuat menekan pertumbuhan sel kanker.
Tantangan dan Harapan
Prof. Ketut optimis dengan potensi obat herbal di Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, tradisi yang kuat, dan biaya produksi yang murah. Namun, tantangan terbesar adalah kurangnya dukungan politik dan regulasi yang jelas terkait penggunaan obat herbal.
“Kita harus berani memberikan rekomendasi dan mendukung pengembangan obat herbal sebagai solusi yang aman dan terjangkau. Bukan hanya sebagai alternatif, tetapi sebagai pilihan utama yang diatur dengan regulasi yang jelas,” tegasnya.
Dalam penutup rapat, Prof. Tutuka berharap hasil diskusi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. “Kami berharap masyarakat mendapatkan informasi yang benar tentang obat herbal, terutama dalam penanganan kanker,” pungkasnya. ***